Di kelas aku tengah asyik memainkan bolpenku ketika
tiba-tiba seseorang duduk didepanku menghadap tepat ke arahku. Dia tidak
berbicara apa-apa, hanya diam menatapku dengan kedua tangan dilipat didadanya.
Merasa risih dengan tatapan itu akhirnya aku membalas tatapannya. Dia
tersenyum, “Annyeong!!” sapanya sambil mengangkat tangan kanannya memberi
salam. Aku hanya mengangguk kemudian kembali memainkan bolpenku yang sempat
terhenti beberapa saat. “jadi...”dia mulai mengajakku berbicara lagi.”apa benar
kau adalah wanita misterius yang sering dibicarakan anak-anak disini?” bolpen
yang aku mainkan tiba-tiba jatuh dan tergeletak di lantai, alisnya terangkat
lalu pandangannya beralih ke arah bolpenku yang terjatuh, dia
memungutnya.”sepertinya kau tidak seperti apa yang mereka bicarakan...”dia
meletakkan bolpenku dimeja,”kau hanya pemalu...”
Entahlah, aku merasa....terhina? aku rasa kata-katanya
keterlaluan, pemalu? Aku??
Aku memasang wajah tidak percaya dengan kata-katanya lalu
berdiri bangkit dari tempat dudukku, berjalan keluar kelas. “mau kemana??”
katanya mengikuti. Aku mempercepat langkahku berusaha menghindari dirinya.
“hey!aku bilang kau mau kemana?” kali ini dia berhasil meraih tanganku,
membuatku berbalik badan menatapnya. “aku mau ke kamar mandi...” jawabku.
Kemudian dia melepas genggamannya dan mempersilahkanku masuk ke kamar mandi
wanita.
Tak berapa lama kemudian aku keluar dari kamar mandi sambil
membersihkan tanganku dengan sapu tangan yang sering aku simpan di kantong
rokku. “sudah selesai?” lelaki itu ternyata menungguku sejak tadi. Dia
tersenyum lalu berjalan seirama denganku. “kau terlihat dingin sekali...padahal
musim dingin sudah lama pergi, apa karena hujan??tapi, hujan sungguh tidak
mencerminkan dirimu...” kata lelaki itu. “sebenarnya apa maumu?kenapa terus
berada disekitarku?” aku berhenti lalu menatapnya. Dia tersenyum,”apa aku tidak
boleh melihatmu?aku hanya ingin mengenalmu saja...” katanya. “setahuku, kalau
orang mau berkenalan denganku mereka harus menyebutkan nama mereka, bukan mengikutiku
kemana saja...” kataku.
“baiklah, aku akan memperkenalkan diri. Namaku Byun
Baekhyun. Aku semester 4 sekarang...” dia memperkenalkan diri sambil
menjulurkan tangannya.”s...sun..bae??” kataku sambil meraih tangannya.”sunbae
aniya...O...ppa rago..” katanya sambil tersenyum. Begitu tulus.
“Oppa~”
Entahlah, aku memanggilnya Oppa segampang itu, aku mulai
membuka diri, meskipun tidak begitu banyak kata yang keluar dari mulutku, tapi
Baekhyun oppa tidak pernah mengeluh. Seharian ini dia selalu datang ke kelasku
menghampiriku, bahkan membawa banana milk yang menjadi minuman kesukaanku
begitu tinggal di negeri ini. “hey, Yuja...” dia memanggil namaku, aku
menatapnya sambil terus menikmati banana milk pemberiannya.”kau terlihat
imut...” katanya membuat pipiku bersemu merah, tidak ada orang yang pernah
memanggilku imut. “aigoo...kwiyeopta...” katanya sambil mencubit pipiku. Tidak
sakit, bahkan membuatku tertawa dibuatnya.”wow, kau punya lesung pipi??”
katanya lagi.”berhenti menjahiliku, One Hundred Oppa...” kataku.
“One...H-Hundred??” dia tidak mengerti. “Baek = One Hundred...” aku menjelaskan
kepadanya, namun sepertinya dia tidak mengerti akhirnya aku meminta maaf
kepadanya karena dengan lancang memanggilnya dengan nama yang aneh.
“AAA.....kwiyeopta!!!One Hundred Oppa...belum ada yang pernah memanggilku
dengan Nickname selucu itu...” dia mengacak-acak rambutku.”jal hae...Night
dongsaeng...” kali ini giliran dia yang memanggil namaku dengan nama aneh hasil
ciptaannya.”night?” tanyaku.”ya, night...kau terlihat sangat kelam dari luar,
membuat orang-orang disekitarmu selalu menganggapmu misterius, tapi kau tidak
tahukan kalau malam menyembunyikan suatu kecantikannya?” dia memandangku,
akupun balas menatap matanya.”oh!karena kau bukan orang korea kau pasti tidak
punya nama keluarga kan?” tanyanya. “jangan bilang aku harus menggunakan nama
Byun sebagai nama keluargaku?” tanyaku malas. “aigoo...i yeoja jeongmal!” dia
mengetuk dahiku membuatku meringis kesakitan. “tentu saja tidak. Nanti kalau
kau menikah denganku baru kau gunakan nama keluargaku, kali ini kau pakai nama
Park saja?Park Yuja...cantik!” katanya.
“kenapa Park?”Tanyaku ‘dan kenapa pula aku harus menikah
denganmu?’ucapku dalam hati, tak berani aku bertanya kepadanya. “Bak berarti
malam, Park dan Bak ditulis dalam huruf hangul yang sama...mengerti??”
jelasnya. Aku mengangguk,”Park Yuja...” kataku, dia menatapku sambil menyedot
banana milk terakhirnya. “wah...aku harus pergi sekarang, aku ada urusan jam 3
nanti, naeil bwa, Night Dongsaeng~~~” dia melambaikan tangan sambil melangkah
pergi. Aku hanya menatapnya sampai ia tidak terlihat lagi.”orang yang lucu...”
kataku sambil tersenyum.
Mengingat hari ini aku juga sudah tidak ada jam kuliah lagi
aku mulai mengemasi barang-barangku,dan memasukkannya kedalam tas. Aku lagi-lagi
melewati toko baju tempat ZiTao bekerja, entah karena ini hanya kebetulan saja
atau memang jodohku, aku melihat ZiTao keluar dari toko sambil menyeruput
Starbucknya. Dia melihatku lalu melambaikan tangan kepadaku, menyuruhku
mendatanginya. Sambil tersenyum aku berjalan ke arahnya sambil memegang kedua
tali ranselku.
“Baru pulang kuliah?”
“hu-um..kau sendiri?baru selesai kerja jam segini?”tanyaku.
“Ya..shift kerjaku sudah selesai,dan mungkin aku akan cuti bekerja paruh waktu mulai besok, aku ada latihan
di tempat lain...”
“latihan?” aku memiringkan wajahku sambil menatapnya minta
penjelasan.
“aku seorang Trainee” katanya.
“woaah...Trainee?berarti kau akan menjadi artis suatu hari
nanti?” tanyaku. Dia hanya mengangguk.”aku sudah datang jauh-jauh kesini, jadi
aku harus giat berlatih. Kau doakan saja aku semoga cepat-cepat debut” katanya
sambil menyodorkan starbucknya ke arahku, namun aku tolak sambil bersemu merah.”aku
tidak suka Kopi...” kataku ‘ini indirect kiss’ batinku, namun tetap saja aku
tolak.
“oh?starbuck juga punya teh dan Icecream, kapan-kapan aku
traktir...” janjinya.
“janji?”
“janji.”
Sore itu kami tidak langsung kembali ke hasukjib, kami
berencana makan diluar karena kami tidak menyukai rasa makanan yang dimasak Ibu
kos, terlalu pedas. Sore itu pula aku mulai mempelajari sifat ZiTao sebenarnya,
dia anak yang baik, selalu mendengarkan nasehat dari orangtuanya. Terutama
ibunya yang ketika itu menelponnya jauh-jauh dari China, menanyakan apakah dia
sudah makan atau belum. Aku tersenyum, jarang aku menemukan pria yang masih
mendengar perkataan orangtuanya. Aku tertawa renyah ketika ZiTao menutup
telponnya sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
“mama’s boy” kataku
sambil menggigit ttokpoki terakhirku.
”aku hanya tidak ingin menjadi anak yang
durhaka...” katanya.
“cute...” kataku, membuatnya sedikit terkejut lalu
memandangku tidak percaya.
“I like cute guy, uh...not that addicted but...it’s
cute...“ kataku, karena kami masih sama-sama buruk dalam bahasa Korea, kami
sering menggabungkannya dengan bahasa Inggris.”did you ever date?” tanyanya. Aku
hanya menggeleng kepalaku, “tidak...apa ada pemuda yang akan menyukaiku?”
tanyaku, dia hanya terdiam. Merasa canggung aku lalu balik bertanya kepadanya,
dia juga menjawab tidak pernah namun itu karena alasan personal yang tidak ia
beritahukan kepadaku, mungkin karena ibunya melarangnya berpacaran? Entahlah...
yang jelas sore itu aku menghabiskan waktuku yang menyenangkan bersama Tao,
hingga akhirnya aku menyadari ada tugas yang belum aku kerjakan, sambil menepuk
dahiku aku berlari meninggalkan ZiTao yang hanya tertawa melihat tingkahku.
”kau
duluan saja...” teriaknya sambil melambaikan tangannya kepadaku. Aku
membalasnya tanpa menoleh berharap aku tidak akan ketiduran saat mengerjakan
tugasku malam ini.
”lemburr!!!!” batinku berteriak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar